Laman

Laman

Laman

Laman

Jumat, 27 November 2015

Kementrian PANRB perjuangkan Nasib Honorer K2


Menanggapi hangatnya perbincangan masalah Honorer K2 oleh netizen di social media, dan banyaknya pertanyaan yang masuk ke akun social media saya, pada kesempatan ini, saya ingin menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya terkait Honorer K2. Sebelumnya saya berharap agar para tenaga honorer K2 untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi karena apa yang diberitakan di media terjadi salah penafsiran. Kami dari Kementerian PANRB akan terus konsisten memperjuangkan nasib para tenaga honorer K2, dan kami juga tidak pernah mengatakan ada pembatalan, yang benar adalah saat ini dukungan anggaran belum tersedia. Tentu hal tersebut harus dibicarakan secara intensif dengan DPR karena hak budgeting ada di DPR. Sebenarnya pemerintah sudah meminta anggaran tambahan Rp. 28 miliar kepada DPR. Dari jumlah itu, sebanyak Rp 16 miliar akan digunakan untuk penyelesaian honorer K2. Sayangnya, anggaran itu ternyata belum ada. Langkah selanjutnya, kami akan terus melakukan berbagai upaya dan pendekatan untuk memenuhi kesepakatan dengan Komisi II DPR RI. Mudah-mudahan ada titik terangnya. Kementerian PANRB juga telah melakukan rapat maraton dengan lintas instansi untuk membahas tindak lanjut penanganan tenaga honorer K2. "Sebagai bukti komitmen kami memperhatikan nasib tenaga honorer K2, saat ini sudah tersusun road map penanganan tenaga honorer K2. Bahkan kami sudah melakukan simulasi serta akan segera melaksanakan verifikasi dan validasi yang komprehensif dengan melibatkan BPKP. Persoalannya anggaran kegiatan tersebut, serta untuk penggajiannya nanti apabila dilakukan pengangkatan, tidak teralokasi pada APBN 2016". Kami meminta kepada para tenaga honorer K2 untuk melihat persoalan ini secara jernih. Penanganan tenaga honorer membutuhkan kerjasama semua pihak, baik pemerintah pusat, DPR, maupun pemerintah daerah. Tidak mungkin persoalan tenaga honorer yang pelik dan berlarut-larut ini hanya dibebankan kepada Kementerian PANRB "Kita semua harus arif, sembari tetap mengupayakan solusi terbaik. Penanganan tenaga honorer tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saya pastikan Kementerian PANRB sangat empati dan terus memperjuangkan nasib tenaga honorer K2. Tentu dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta tidak lepas dari dukungan institusi lainnya, termasuk DPR dalam hal penganggarannya.

Selasa, 24 November 2015

Sukseskan Pilkada, Pemerintah Tetapkan 9 Desember 2015 Sebagai Hari Libur Nasional


Dengan pertimbangan guna memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota secara serentak, Pemerintah menetapkan hari pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tanggal 9 Desember 2015 sebagai hari libur. Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres+ Nomor 25 Tahun 2015, yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 23 November 2015. “Menetapkan hari Rabu tanggal 9 Desember 2015 sebagai hari libur nasional dalam rangka pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota secara serentak,” bunyi diktum PERTAMA Keppres tersebut. Adapun diktum KEDUA Keppres tersebut menyatakan, Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu 23 November 2015. KPU Sambut Gembira Keputusan KPU yang menetapkan hari pelaksanaan Pilkada serentak, yaitu Rabu, 9 Desember 2015, sebagai hari libur nasional itu disampaikan gembira oleh Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar N. Gumay. “KPU menyambut gembira keluarnya putusan hari pemungutan suara sebagai hari libur nasional, sebagai dukungan pemerintah terhadap partisipasi pemilih di Pilkada. Kami tentu menyambut gembira, ini keputusan yang tepat dan kami sangat menghargai,” kata Hadar kepada wartawan di kantor KPU, Jakarta, Selasa (24/11). Dengan ditetapkannya hari pelaksanaan pilkada serentak sebagai hari libur nasional, KPU berharap akan memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) menggunakan hal pilihnya. Dengan demikian, diharapkan partisipasi masyarakat dalam Pilkada bisa meningkat. “Khususnya bagi para pemilih yang setiap hari bekerja di luar daerahnya,” ujar Hadar. Sebelumnya KPU telah mengajukan permintaan kepada pemerintah agar tanggal 9 Desember dijadikan hari libur nasional, lantaran tidak sedikit pemilih yang terdaftar memilih, memiliki rutinitas di luar daerahnya, namun tidak melaksanakan Pilkada

Kamis, 04 Juni 2015

Karnaval dan Pentas Budaya Nias “Mahakarya Ono Niha” di Malioboro, Yogyakarta


Masyarakat Nias di DIY dan Jawa Tengah baru saja mementaskan seni budaya nias bertajuk “Mahakarya Ono Niha” pada tanggal 31 Mei 2015 bertempat di Monumen Serangan Umum Sebelas Maret, Jalan Malioboro – Yogyakarta. Helatan budaya ini merupakan kegiatan hari kedua setelah hari sebelumnya melaksanakan seminar nasional tentang potensi kelautan di Kepulauan Nias. Acara yang diprakarsai oleh Forum Komunikasi Masyarakat Nias (FKMN) DIY dan Jateng ini disaksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Anies Baswedan, tokoh masyarakat Nias; Firman Jaya Daeli, perwakilan Pemerintahan Daerah di Kepulauan Nias, perwakilan Pemerintahan Daerah DIY, masyarakat Nias di DIY dan Jawa Tengah dan berbagai lapisan masyarakat yang memadati Jalan Malioboro dan sekitarnya. Diawali dengan karnaval budaya di sepanjang Jalan Malioboro, tampilan atraksi dan atribut budaya Nias menarik perhatian masyarakat sekitar. Beberapa pengunjung malioboro pun berdesak-desakan mengamati karnaval yang dilaksanakan bersamaan dengan Pawai Jambore Silat Nusantara dan tidak sedikit yang mengabadikan dengan foto dan video. Dalam karnaval ini, ditampilkan pakaian adat Nias dan atribut lainnya dengan paduan warna khas merah, kuning, dan hitam. Selain itu dipentaskan juga prosesi pernikahan dalam adat Nias dimana sang pengantin perempuan ditandu menuju kediaman pengantin pria sebagai simbol bahwa ia telah sah menjadi bagian dari keluarga suaminya. Di akhir karnaval, Bapak Menteri Anies Baswedan berkenan memberi sambutan disusul pementasan tradisi Hombo Batu (Lompat Batu) yang membuat suasana cukup menegangkan sekaligus meriah dan penuh semangat. Acara kemudian dilanjutkan dengan pentas budaya di Monumen Serangan Umum Sebelas Maret yang berlokasi di ujung Jalan Malioboro. Sebagai pembuka, ditampilkan Tari Moyo Falaga, kemudian disusul tarian penyambutan yang lazim dipentaskan dalam berbagai acara, seperti Tari Ya’ahowu (Nias Selatan dan Gunungsitoli) dan Tari Fame’e Afo (pemberian sirih kepada tamu) . Kepulauan Nias memang memiliki tradisi penyambutan tamu dengan berbagai tarian sebagai tanda penghormatan. Gerakan para penari yang lemah gemulai dan pemberian sirih kepada para tamu, menggambarkan kelembutan dan keramahan masyarakat Nias kepada para pendatang. Tarian lainnya yang ditampilkan adalah Tari Moyo (Elang), Tari Faritia Halu, Tari Famadögö Omo, Tari Baluse, dan Tari Tuwu. Tari Moyo mengisahkan seekor elang sedang memburu anak ayam sebagai mangsa. Induk ayam kemudian berusaha melindungi anaknya dari terkaman elang. Interaksi elang dan induk ayam inilah yang meginspirasi Tari Moyo, dimana setiap gerakannya digambarkan dengan lemah gemulai oleh para penari. Tari Faritia Halu sekilas mirip Tari Saureka-reka dari Maluku. Konon tarian ini menggambarkan ucapan syukur masyarakat Nias yang telah berhasil panen hasil ladang. Tarian ini menggunakan media alat penumbuk padi (halu) yang disusun dan dihentak-hentakan sehingga menghasilkan irama. Para penari melewati susunan halu dengan tempo tertentu. Tari Famadögö Omo merupakan tarian dengan gerakan menghentak-hentak yang dilakuan oleh para penari pria. Maksud dari gerakan menghentak ini adalah untuk menguji kekuatan rumah yang baru dibangun. Konon beginilah cara nenek moyang masyarakat Nias untuk memastikan kekuatan struktur rumah adat yang akan ditinggali. Tari Baluse atau Tari perang juga dibawakan oleh penari pria. Sesuai namanya tarian ini berkisah tentang nenek moyang masyarakat Nias yang sering berperang melawan emali (pencuri) ataupun suku lain. Setiap personil dalam Tari Baluse berpakaian layaknya prajurit perang, lengkap dengan baluse (sebagai perisai), tombak, dan pedang. Menariknya, di tengah pertunjukkan diperagakan duel satu lawan satu layaknya pertarungan kesatria zaman dulu. Tari Tuwu melambangkan bagaimana seorang permaisuri memberikan dukungan kepada suaminya sang Balugu (pemimpin adat) yang sedang memimpin rakyat untuk mengangkat batu besar secara bergotong royong. Betapa pun berat batunya, bila ada kebersamaan dan kekompakan maka akan terasa ringan (prinsip kerjasama) Puncak pertunjukkan pada Hari Minggu malam tersebut adalah atraksi Hombo Batu yang kembali ditampilkan. Masyarakat pun semakin banyak yang masuk ke tribun penonton untuk mengobati penasaran menyaksikan lebih dekat atraksi budaya yang kesohor itu. Pada lompatan pertama keempat pelompat berhasil melompati batu dengan baik, namun pada lompatan kedua, salah seorang pelompat gagal sehingga pertunjukkan sempat terhenti sejenak untuk memastikan kondisinya baik-baik saja. Untungnya kegagalan tersebut berhasil dibayar lunas oleh pelompat lainnya yang berhasil melompat dengan baik bahkan dengan menambah tinggi rintangan (salah seorang personil berbaring di atas batu lompatan) Di akhir acara, seluruh performer yang mayoritas mahasiswa Nias di Yogyakarta berbaur dengan para penonton dengan berbagai latar belakang untuk ber-maena bersama. Sebuah tarian massal khas Nias yang melambangkan keakraban dan kebersamaan. YA’AHOWU! *YA’AHOWU adalah salam dalam bahasa daerah Nias yang sering diucapkan ketika bertemu satu sama lain, memiliki arti luas, namun dapat diartikan “Semoga Diberkati” sumber: kompasiana/ cove zebuachor="1" >